Suka-suka Gw

Sabtu, 24 April 2010

Kosong Mlompong


Pohon Simalakama, ditahun ini hanya berbuah sekali saja. Malangnya, buahnya hanya sebiji tumbuh di ranting paling ujung. Tak ada daun, tak ada bunga. Hanya ranting-ranting rapuh yang menjadi tumpuan.

Seumpama si buah ini bisa bicara. Bila ia tahu kisah hidupnya bakal seperti ini, mungkin dia memilih tak dilahirkan. Hidup damai disyurga yang berlimpah nun serba ada.

Sedang di dunia ini ia hanya sendiri. Membisu menanti ketidak pastian nasip. Ketidak tahuan takdir. Kapan, ia jatuh ke tanah dan dimakan binatang?


Aku, apakah aku saat ini telah menjadi simalakama??
Hidup sendiri tanpa ada yang peduli?? Terpenjara sepi, DISINI??

Amalia, Sahabat kecilku kini sudah berada di ujung sana. Bercengkrama, bercanda dengan sahabat-sahabat barunya. Meski di sini aku menyepi. Menatap lagit malam tanpa bulan dan bintang. Mengingat kenangan-kenangan indah bersamanya. Disetiap malam pukul 20.00 lewat, berani tak berani ku bersepeda onthel ke tempat kerjanya. Hanya untuk berjumpa dengannya, mencari penawar rindu. Namun SEKARANG.....

IKA F, seorang sahabat yang telah kutingkatkan pangkatnya menjadi Sahabat. Kemana-mana dulu kita selalu berdua. Ada dia = ada aku, ada aku = ada dia. Kini dia sibuk, sibuk kuliah. Hingga tiada kabar. Terakhir ia telepon, minta tolong dengan ku untuk mencarikan data keperluan tugas kuliahnya. Hati ku berat saat itu, dia menelponku jika dia butuh bantua saja. Sedih aku, selanjutnya dia menghilang lagi. Aku bukan anak egois yang hanya menunggu untuk di telpon. Berulang kali ku coba menelponnya di hari libur, namun dia selalu ada acara.

Maryanti, Awal ku harap kaulah satu-satunya teman ku yang tersisa. Tapi ternyata kau sama saja dengan mereka. Aku mencoba untuk memahami bila kau sibuk. Tapi ku harap kau juga harus bisa memilih, dimana JANJI adlah HUTANG. Namun sebagai manusia biasa juga, aku tak ingin menyalahkan mu sepenuhnya. Mungkin LUPA adalah penyakit alamiah manusia yang tak bisa untuk di persalahkan. Karena tak ada satu manusiapun yang mau jadi seorang PELUPA.

Di sini dalam kesunyianku, aku menangis dalam sepi, tertawa dalam bimbang, Menangis dalam hampa, meritih dalam hati, Merana dalam luka tak kentara, tersiksa dalam detikan jam. Itu semua tak bisa ku berdusta, bila diri ini "Kosong Mlompong"